WEB BLOG
this site the web

Recent Photos

image
image
image

Inilah AL-QUR'AN terberat di dunia


Al-Quran terberat di dunia di Ponpes Al-Shiryyah Nurul Iman (VIVAnews/Ayatullah Humaeni)
BERITA TERKAIT


Ini Dia Al-Qur'an Terberat di Dunia
Al-Qur’an dikerjakan secara khusus oleh 9 orang ulama di Jawa dengan biaya Rp 500 juta.

VIVAnews - Al-Qur'an terberat di dunia ada di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Shiryyah Nurul Iman, yang terletak di Kampung Waru RT 01/01, Desa Waru Jaya, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Pimpinan Ponpes Al-Shiryyah Nurul Iman, Habib Sagaf Bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim, mengatakan, pihaknya mengklaim Al-Qur’an ini terberat didunia, karena beratnya mencapai 1,2 ton, dengan ukuran ketebalan mencapai 3 milimeter, lebar 120 centimeter dan panjangnya 150 centimeter.

“Al-qur’an terberat di dunia ini terbuat bukan dari kertas. Melainkan, terbuat dari plat besi alumunium,” ungkapnya, kepada VIVAnews, Senin 23 Agustus 2010.

Dia mengatakan, Al-Qur’an terberat di dunia ini masih berujud lembaran-lembaran dan tersimpan rapih diruangan perpustakaan Ponpes Al-Shiryyah Nurul Iman dan akan dijaga oleh santri-santrinya yang berjumlah 18 ribu orang. 

Al-Qur’an terberat didunia ini terdiri dari 30 juz, 114 ayat dan 6666 ayat. "Sebenarnya, Al-Qur’an ini sama seperti umumnya, hanya saja plat alumunium dan berukuran raksasa," katanya.

Pembuatan Al-Qur’an terberat di dunia ini proses pengerjaannya memerlukan waktu sekitar 5 tahun (1985 – 1990 ) yang dibuat di daerah kawasan Bintaro, Jakarta,” paparnya.

A-Qur’an dikerjakan secara khusus oleh 9 orang ulama di tanah Jawa dan biaya yang diperlukan mencapai Rp 500 juta.

Sembilan orang ulama saat mengerjakan Alquran tersebut dibarengi dengan melaksanakan ibadah puasa penuh selama 5 tahun. Para ulama ini harus berwudhu dulu.

"Jika wudhunya batal, kami harus mengambil wudhu lagi," katanya.

Beberapa pejabat tinggi Republik Indonesia bahkan mantan Presiden RI KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pernah berniat dan menawarkan diri untuk memiliki Al-Qur'an itu. Begitu juga dengan pejabat dari mancanegara.

Namun permintaan itu ditolak. Karena, Al-Qur’an ini akan menjadi ciri khas pondok pesantren. "Kalau saya memiliki rezeki atau dana, Al-Qur’an ini akan kami tempatkan kedalam sebuah ruangan khusus semacam perpustakaan agar mudah dipelajari dan dibaca para santri," katanya.

Pondok Pesantren BAHRUL ULUM,



   Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) didirikan oleh KH. Abdus Salam seorang keturunan raja Majapahit, pada tahun 1838 M di desa Tambakberas, 5 km arah utara kota Jombang Jawa Timur. Banyak cerita yang mengisahkan kenapa KH. Abdus Salam seorang keturunan ningrat, bisa sampai ke desa kecil yang kala itu masih berupa hutan belantara penuh dengan binatang buas dan dikenal sebagai daerah angker.
    KH. Abdus Salam meninggalkan kampung halamannya menuju Tambakberas untuk bersembunyi menghindari kejaran tentara Belanda. Bersama pengikutnya ia kemudian membangun perkampungan santri dengan mendirikan sebuah langgar (mushalla) dan tempat pondokan sementara buat 25 orang pengikutnya. Karena itu, pondok pesantren itu juga dikenal pondok selawe (dua puluh lima).Perkembangan pondok pesantren ini mulai menonjol saat kepemimpinan pesantren dipegang oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah, cicit KH. Abdus Salam. Setelah kembali dari belajar di Mekkah, ia segera melakukan revitalisasi piondok pesantren. Ia yang pertama kali mendirikan madrasah yang diberi nama Madrasah Mubdil Fan. Ia juga membentuk kelompok diskusi Taswirul Afkar dan mendirikan organisasi Nahdlatul Wathon yang kemudian dideklarasikan sebagai organisasi keagamaan dengan nama Nahdlatul Ulama (NU). Deklarasi itu ia lakukan bersama dengan KH. Hasyim Asy’ari dan ulama lainnya pada tahun 1926.
    Nama Bahrul Ulum itu tidak muncul saat KH. Abdus Salam mengasuh pesantren tersebut. Nama itu justru berasal dari KH. Abdul Wahab Hasbullah. Ia memberikan nama resmi pesantren pada tahun 1967. Beberapa tahun kemudian pendiri NU ini pulang ke rahmatullah pada tanggal 29 Desember 1971.

sejarah ponpes bahrul ulum

Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) didirikan oleh KH. Abdus Salam seorang keturunan raja Majapahit, pada tahun 1838 M di desa Tambakberas, 5 km arah utara kota Jombang Jawa Timur. Banyak cerita yang mengisahkan kenapa KH. Abdus Salam seorang keturunan ningrat, bisa sampai ke desa kecil yang kala itu masih berupa hutan belantara penuh dengan binatang buas dan dikenal sebagai daerah angker.
KH. Abdus Salam meninggalkan kampung halamannya menuju Tambakberas untuk bersembunyi menghindari kejaran tentara Belanda. Bersama pengikutnya ia kemudian membangun perkampungan santri dengan mendirikan sebuah langgar (mushalla) dan tempat pondokan sementara buat 25 orang pengikutnya. Karena itu, pondok pesantren itu juga dikenal pondok selawe (dua puluh lima).
Perkembangan pondok pesantren ini mulai menonjol saat kepemimpinan pesantren dipegang oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah, cicit KH. Abdus Salam. Setelah kembali dari belajar di Mekkah, ia segera melakukan revitalisasi piondok pesantren. Ia yang pertama kali mendirikan madrasah yang diberi nama Madrasah Mubdil Fan. Ia juga membentuk kelompok diskusi Taswirul Afkar dan mendirikan organisasi Nahdlatul Wathon yang kemudian dideklarasikan sebagai organisasi keagamaan dengan nama Nahdlatul Ulama (NU). Deklarasi itu ia lakukan bersama dengan KH. Hasyim Asy’ari dan ulama lainnya pada tahun 1926.

 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Valid XHTML 1.0 Transitional Valid CSS!

Usage Policies